Manado, Sulut maju.Com -Gubernur Sulawesi Utara, Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus, SE, menyampaikan pesan khusus untuk seluruh keluarga besar Fakultas Hukum (FH) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado yang sedang merayakan ulang tahun ke-67.
Gubernur ingin FH Unsrat, di bawah kepemimpinan Rektor Prof Dr Ir Berty Sompie, MEng, IPU, ASEAN Eng, dan Dekan Prof Dr Emma Senewe, SH, MH, terus menjadi yang terdepan, berinovasi, dan berkomitmen penuh menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Pesan ini disampaikannya melalui sambutan yang dibacakan Wakil Gubernur Sulut, Dr Victor Mailangkay, SH, MH, dalam acara puncak Dies Natalis ke-67 Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Selasa (26/8/2025), di Law Tower Fakultas Hukum Unsrat.
“Enam puluh tujuh tahun adalah perjalanan panjang yang sarat dengan dedikasi dan ketangguhan,” ungkap Gubernur Sulut.
Perayaan kali ini terasa lebih istimewa karena masih dalam semangat Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, dengan tema “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”.
Menurut Gubernur, setiap pilar dalam tema tersebut sangat bergantung pada hukum.
Kedaulatan butuh hukum yang kuat, kesejahteraan rakyat butuh hukum yang berpihak pada keadilan, dan kemajuan bangsa butuh regulasi yang visioner.
“Karena itu, misi pendidikan hukum adalah mencetak para patriot hukum yang siap mengawal setiap pilar dari visi besar bangsa tersebut,” tegasnya.
Gubernur juga memberikan apresiasi tinggi pada tema Dies Natalis FH Unsrat, yaitu “Dignity and Integrity” atau “Martabat dan Integritas”.
Baginya, dua kata ini bukan Cuma slogan, melainkan pilar fundamental yang harus menjiwai setiap insan hukum.
Dignity (Martabat) adalah kehormatan yang dijaga saat menegakkan hukum, memastikan setiap individu diperlakukan secara manusiawi.
Integrity (Integritas) adalah kompas moral yang menjaga konsistensi antara ucapan dan perbuatan, antara pengetahuan hukum dan keberanian menegakkan kebenaran.
Di tengah derasnya arus informasi yang penuh hoaks, krisis kepercayaan publik, dan teknologi yang rawan disalahgunakan, profesi hukum menghadapi tantangan berat.
Ini bukan lagi sekadar isu sosial, melainkan medan ujian sesungguhnya.
Gubernur Yulius berpesan agar setiap alumni dan mahasiswa hukum harus menjadi bentengnya.
Entah sebagai hakim, jaksa, pengacara, atau birokrat, martabat dan integritas adalah senjata utama.
“Keduanya menjadi kompas untuk membedakan fakta dari fiksi, menjadi teladan untuk membangun kembali kepercayaan, dan menjadi fondasi etika dalam menghadapi disrupsi digital. Tanpa keduanya, hukum akan lumpuh, hanya menjadi kumpulan aturan tanpa jiwa yang kehilangan esensinya sebagai mercusuar keadilan,” pungkasnya.(**)

Tinggalkan Balasan