SulutMaju – Allah pada dasarnya adalah kasih. Setiap agama yang benar, pasti inti ajarannya “saling mengasihi”. Namun, tidak dapat dipungkiri, bahwa pada dasarnya Iblis itu ada, serta menaburkan kebencian, kejahatan serta kemunafikan. Iblis memakai topeng-topeng kepalsuan keagamaan, untuk membawa suasana saling curiga, permusuhan serta saling membenci.
Menyadari suasana yang mulai kurang kondusif tersebut, dua tokoh kharismatik dari 2 agama Samawi di Indonesia duduk satu meja, bukan untuk berdebat atau berusaha membuktikan siapa yang paling benar. Namun, kedua tokoh tersebut memilih untuk berdiskusi penuh kasih, untuk merajut kesamaan-kesamaan dalam perbedaan untuk membangun suasana hangat ditengah perbedaan-perbedaan yang memang merupakan “kekayaan Illahi”.
Pdt Gilbert Lumoindong yang adalah tokoh agama Kristiani, serta Ustadz Derry Sulaiman, yang aslinya bernama lengkap Deri Guswan Pramona, yang adalah tokoh agama Islam dari Jamaah Tabligh. Mereka berdua saling berdiskusi.
Dalam pertemuan yang hangat yang disertai makan malam di sebuah restoran di bilangan Senayan, Jakarta, belum lama ini, kedua tokoh tersebut, juga didampingi Istri masing-masing.
Yang indahnya juga kedua tokoh agama tersebut bukan hanya terlihat bercanda bersama namun juga menyanyi bersama, melalui lagu-lagu perdamaian dan kasih ciptaan Ustadz Derry Sulaiman, yaitu: “Dunia Sementara Akhirat Selamanya” serta “Damai Bersama”.
Adapun dalam diskusi yang berlangsung hangat serta penuh canda, kedua tokoh agama tersebut sepakat membuat pernyataan, yang perlu di sebarkan ditengah umat masing-masing, bahkan kesetiap umat beragama lintas iman di Indonesia.
Pernyataan tersebut, masing-masing: Pertama, Seorang yang memahami iman yang benar pasti menabur damai, kasih dan persatuan.
Kedua, umat beragama di Indonesia, sudah seharusnya hentikan kebiasaan “debat agama”, yang menjadi pemicu banyak kebencian, namun yang terbaik adalah mulai membangun dialog-dialog kasih untuk membangun jembatan bukan tembok. Kedua tokoh juga menghimbau pemerintah serta yang berwewenang untuk menutup secara permanen akun-akun media sosial (medsos) yang hanya menebar kebencian serta saling menjelekkan agama lain.
Ketiga, mengharapkan dengan sangat, agar pemerintah Indonesia, sebagai salah satu negara dengan jumlah populasi terbesar didunia, dapat berperan aktif untuk memperjuangkan “two state solution” di Timur Tengah, antara Palestina dan Israel.
Keempat, menghimbau tokoh-tokoh agama, untuk selalu menyuarakan damai dan cinta serta mendoakan pemerintah dan aparat negara Indonesia.
Kelima Mengingatkan bahwa mulai dari para tokoh agama serta para pejabat, agar memberi teladan dalam kehidupan yang seturut dengan ajaran kitab suci, jangan justru mempertotonkan kehidupan diluar ajaran kitab suci, seperti perzinahan, korupsi, narkoba, kekerasan, hidup hedon serta mulailah membudayakan kehidupan yang ramah, penuh cinta, hormati lembaga keluarga, serta kehidupan yang diterangi Nur Illahi.
Pdt Gilbert Lumoindong, yang juga Ketua Lembaga dari Sekolah Tinggi Theologia Global Glow Indonesia, yang berafilasi dengan Bethlehem Bible College, Palestina, sebagai STT tertua di dunia Arab, ketika diwawancarai selepas pertemuan tersebut, mengingatkan: “Jangan sampai kita terjebak dengan “agenda asing” yang mau memecah-mecah Indonesia melalui keragaman agama,” ujar Gilbert.
Adapun Ustadz Derry, yang sebelum hijah, adalah gitaris dari grup musik Betrayer, menekankan tentang: “Marilah kita kembali, pada makna kata Agama dalam bahasa Latin: A dan Gama, A artinya: tidak, Gama artinya kacau, jadi jika beragama dengan benar, maka kita semakin teratur serta tertata baik. Indonesia selalu damai dan bersatu,” ujar Ustadz Derry. (hvs)

Tinggalkan Balasan